Di sekolah baru yang dia baru saja masuki, hidup seorang remaja bernama Adam. Adam adalah seorang anak yang pemalu dan pendiam, dia selalu berusaha untuk menyenangkan teman-teman barunya. Namun, sayangnya, sikapnya yang baik membuatnya menjadi sasaran empuk bagi sekelompok siswa nakal yang senang melakukan bullying.
Setiap hari, Adam diintimidasi dan dilecehkan oleh sekelompok anak-anak tersebut. Mereka menertawakan pakaian Adam, mencemoohkan cara bicaranya, dan bahkan memanggilnya dengan julukan yang membuatnya merasa terhina. Adam merasa terisolasi dan tidak berdaya, dia merasa bahwa tidak ada yang bisa membantunya.
Namun, ada seorang siswi bernama Ade yang menyaksikan perlakuan buruk yang dialami Adam. Ade adalah sosok yang berani dan memiliki hati yang baik. Dia tidak bisa berdiri melihat kekejaman yang dialami Adam, sehingga dia memutuskan untuk bertindak.
Ade memulai dengan mengajak bicara Adam secara pribadi, dia memberikan dukungan moral dan memastikan bahwa Adam tidak sendirian. Kemudian, Ade mulai melibatkan teman-temannya dan guru-guru sekolah untuk mengatasi masalah ini. Mereka mengadakan pertemuan untuk membahas dampak bullying dan mengajak siswa-siswa lain untuk bergabung dalam kampanye anti-bullying.
Melalui upaya bersama, atmosfer di sekolah mulai berubah. Lebih banyak siswa menyadari bahaya dan kejahatan bullying, dan mereka mulai berdiri bersama untuk melawan perilaku tersebut. Sekelompok siswa yang dulunya menjadi pelaku bullying bahkan akhirnya menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada Adam.
Adam, yang sebelumnya merasa sendirian dan putus asa, kini merasa lebih percaya diri dan diterima di sekolah. Dia belajar bahwa tidak ada yang salah dengan dirinya dan bahwa ada orang-orang baik di sekitarnya yang peduli padanya. Adanya keberanian dan solidaritas, kita dapat mengatasi bahaya bullying dan menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi semua orang.